Sabtu, 25 Juni 2011

PKM-GT PENGGUNAAN METODE BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA


PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PENGGUNAAN METODE BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT





Diusulkan oleh:
Ana Feriati     A 510 090 194








UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2011

LEMBAR PENGESAHAN
PKM-GT

1.
Judul Kegiatan
               
: Penggunaan Metode Berpikir Kritis untuk Meningkatkan Keterampilan Bertanya dalam Pelajaran Bahasa Indonesia
2.
Bidang Kegiatan
:  ( √ ) PKM-GT            
3.
Ketua Pelaksana Kegiatan
a.       Nama Lengkap
b.      NIM
c.       Jurusan
d.      Universitas/Institut/Politeknik
e.       Alamat Rumah dan No Tel/Hp

f.       Alamat email

: Ana Feriati
: A 510 090 194
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar
: Universitas Muhammadiyah Surakarta
: Purwosari Rt. 06, Kec. Miri, Kab. Sragen 57276 (085329022669)
: anaferiati_194@yahoo.co.id
4.
Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
: 2 orang
5.
Dosen Pendamping
a.       Nama Lengkap dan Gelar
b.      NIK
c.       Alamat Rumah dan No. Tel/Hp


: Dra. Ratnasari Diah Utami M.Si
: 200.1223
: Jl. Kutilang 15 Japanan RT 05/V, Baturan Colomadu Surakarta 57171





Surakarta, 4 Maret 2011
Menyetujui
Wakil Dekan III
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta


(    Drs. Yakub Nasucha M.Hum  )
NIP. 131409808

Ketua Pelaksana Kegiatan




(       Ana Feriati     )
NIM. A 510 090 194


Pembantu atau Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan Universitas Muhammadiyah Surakarta



(   Dr. H. Absori SH. M.Hum      )
NIP. 535
Dosen Pendamping





( Dra. Ratnasari Diah Utami M.Si)
NIK. 200.1223


                                                             KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini.
Dalam penyusunan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Saring Marsudi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2.       Ibu Ratnasari selaku dosen pembimbing Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini.
3.      Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Wakil Dekan III yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa.
4.      Rekan-rekan yang telah mensukseskan dan bekerjasama dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis.
5.      Keluargaku tercinta yang telah memberikan dorongan moral, spiritual dan material sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
6.      Terima kasih kepada sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan.
Penulis mohon maaf bila dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                             Surakarta,   Maret 2011
                                                                                      
                                    Penulis




RINGKASAN

Salah satu permasalahan yang dialami oleh siswa di jenjang sekolah dasar adalah keterampilan dalam bertanya. Kemampuan siswa dalam bertanya masih sangat rendah. Melalui keterampilan bertanya guru dapat mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus memperbaiki dan meningkatkan proses belajar. Lalu dengan kemampuan mendengarkan guru dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa tehadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan dan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa.


















PENGGUNAAN METODE BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENDAHULUAN

Apabila kita ingin mengetahui suatu topik lebih dalam, salah satu yang paling pokok adalah bertanya sesuatu yang termasuk dalam topik itu. Mungkin kita telah mendengar tentang model 4W + 1H (Where, When, Who, Why, dan How). Kata-kata tersebut merupakan kata tanya dan alat untuk mengetahui suatu hal lebih baik.
Di samping topik-topik yang nyata, paling utama dengan mengandalkan pertanyaan adalah untuk menelaah topik yang abstrak. Misalnya saja tentang kebahagiaan atau kebijaksanaan. Pengertian itu tidak sesederhana yang kita pikirkan. Mungkin kita bisa mengerti seadanya tentang kebahagiaan atau kebijaksanaan, tapi kalau kita pikirkan lebih jauh, kata-kata ‘bahagia’ dan ‘bijaksana’ sangatlah tidak mudah mendefinisikannya. Definisinya sangat bervariasi, makin banyak kita bertanya tentang ‘bahagia’ dan ‘bijaksana’ maka makin baik pengertian dan semakin jelas pemahaman kita tentang topik itu.
Lebih daripada itu, mungkin banyak orang yang mempertanyakan arti kata itu bahkan sampai arti dalam praktis kehidupan tetapi berhenti sampai dengan pertanyaan saja. Pengertian bertanya adalah tidak hanya bertanya saja. Pertanyaan berasal dari bahasa Latin, “quarere” yang berarti “to ask, to seek”. Artinya bertanya mengandung pengertian mencari.
Pertanyaan yang muncul dalam hati tentang suatu hal yang belum mengerti dengan sempurna, alangkah baiknya dimulai dengan mencari. Mencari mempunyai pengertian yang lebih jauh dari yang kita bayangkan selama ini. Mencari adalah proses untuk mendalami lebih jauh tentang suatu topik. Dalam proses pencarian, mungkin kita akan menemukan jawaban. Dalam proses pencarian mungkin akan menghasilkan pertanyaan baru. Proses pertanyaan, pencarian, dan jawaban akan menjadi siklus. Siklus proses ini jika diteruskan, maka akan menghasilkan pemahaman yang semakin baik tentang topik itu (Winataputra, 2007).
Kebiasaan bertanya, mencari, dan menemukan jawaban terhadap hal-hal apa pun akan menjadikan kita berpikiran terbuka. Bertanya, mencari, dan menemukan (jawaban) kemudian berulang lagi, akan meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh bahkan lebih jauh dalam memutuskan sesuatu. Proses seperti ini juga akan membuat kita tidak terlalu mudah menilai, menghukum, bahkan menghakimi pengertian yang cukup baik.
Ilmu pengetahuan semakin maju sangat ditentukan oleh rasa perasaan dan keingintahuan manusia. Rasa penasaran dan keingintahuan manusia akan menentukan pencapaian manusia dalam hal apa pun, bukan hanya ilmu pengetahuan. Pengetahuan akan semakin berkembang dan maju sepesat pengetahuan yang muncul dalam diri manusia.
Maka sangat menarik apa yang dikatakan penyanyi penyair Joan Baez, “As long as on keeps searching, the answers come”. Bahkan dalam kenyataannya, pertanyaan jauh lebih penting daripada jawaban. Kebiasaan bertanya, mencari dan menemukan, akan membuat kita berpikiran terbuka?



GAGASAN

Hakekat Keterampilan Bertanya Anak Sekolah Dasar

Tanya menurut kamus Bahasa Indonesia berarti permintaan keterangan. Bertanya adalah kegiatan melakukan permintaan keterangan, bertanya adalah hal yang wajib dilakukan bagi seorang pelajar. Banyak pemikir dan penemu-penemu besar yang tercatat dalam sejarah, mengawali ‘kepopulerannya’ itu dari pertanyaan-pertanyaan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005).
Kita semua mengetahui bagaimana Newton menemukan Teori Gravitasi, yang diimani sebagian besar ahli fisika berasal dari sebuah pertanyaan, “Kenapa jika sebuah apel dilempar ke atas, pasti kemudian jatuh dan kembali lagi ke tanah?”
Begitu juga Einstein, yang terkenal dengan E=MCC dan teori relativitas (dan juga sebagai salah satu orang yang meragukan teori gravitasi), mengawali ‘karir’nya dengan pertanyaan, “Kenapa medan magnet mampu menembus dinding atau benda-benda penghalang?” (kira-kira begitu pertanyaannya).
Bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru, mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dalam CBSA sekaligus pengelolaan instruksional lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan, guru dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa tehadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.
Kegiatan bertanya dilakukan oleh semua orang tanpa memandang batas umur. Anak kecil sering mempertanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya, bahkan pada masa perkembangan anak ada masa yang disebut “masa apa itu”, yaitu masa anak kecil mempertanyakan segala sesuatu yang dilihatnya. Orang muda dan orang tua juga merasa perlu mengajukan pertanyaan jika berhadapan dengan suatu masalah yang harus dipecahkannya.
Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan bertanya cukup mendominasi kelas. Serentetan hasil penelitian yang dilakukan sejak awal abad ke-20 tentang kegiatan bertanya melaporkan hasil yang serupa, yaitu bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya. Hal ini dikemukakan oleh G. A. Brown dan R. Edmonson tahun 1984. Data ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan bertanya dalam proses pembelajaran.
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramah. Kedua, Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya, sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Ketiga, Penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual. Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa (Winataputra, 2007:7.6).
Fungsi pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (dalam Winataputra, 2007:7.7) ada 12, yaitu:
1.      Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
2.      Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
3.      Menggalakkan penerapan belajar aktif.
4.      Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5.      Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan maksimal.
6.      Mendiagnosis kegiatan belajar siswa.
7.      Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
8.      Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
9.      Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.
10.  Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru.
11.  Memberikan kesempatan untuk belajar berdiskusi.
12.  Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa.
Pada umumnya kegiatan bertanya adalah untuk memperoleh informasi. Namun kegiatan bertanya dilakukan oleh guru, tidak hanya bertujuan untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan guru tidak semata-mata bertujuan mendapatkan informasi tentang pengetahuan siswanya, tetapi yang jauh lebih penting adalah untuk mendorong para siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen-komponen keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
1.      Keterampilan bertanya dasar yang terdiri atas:
a.       Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat
b.      Pemberian acuan
Contoh:  Kita telah mengetahui bahwa erosi tanah dapat disebabkan oleh air dan angin terutama jika tanah itu gundul, tanah yang bagaimana lagi yang mudah terjadi erosi tanah oleh air.
c.       Pemusatan
Apabila pertanyaan luas, menuntut jawaban yang umum dan cukup luas, sedangkan pertanyaan sempit menuntut jawaban yang khusus, spesifik.
d.      Pemindahan giliran
e.       Penyebaran
f.       Pemberian waktu berpikir
g.       Pemberian tuntunan
1)      Mengungkapkan sekali lagi pertanyaan dengan cara lain yang lebih sederhana.
2)      Mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana.
3)      Mengulangi penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan.
2.      Keterampilan bertanya lanjut terdiri atas:
a.       Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke bebagai tingkat kognitif lainnya yg lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b.      Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat, kemudian pertanyaaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik, misalnya sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali  lagi kepada pertanyaan ingatan, dan kemudian melonjak pada pertanyaan evaluaasi. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada siswa dan partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran dapat menurun.
c.       Penggunaan pertanyaan pecak
Jika pertanyaan yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Beberapa teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunkan:
1.      Klasifikasi: jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik.
2.      Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab peranyaan guru.
3.      Meminta kesempatan pandangan: guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan yang disertai alasan terhadap jawaban rekannya, agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak.
4.      Meminta ketepatan jawaban: guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat atau kurang sempurna.
5.      Meminta jawaban yang lebih relevan: bila jawaban siswa kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari siswa tersebut
6.      Meminta contoh
7.      Meminta jawaban yg lebih kompleks
d.      Peningkatan terjadinya interaksi

Prinsip-Prinsip Keefektifan Pertanyaan

Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan atau hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
  1. Kehangatan dan keantusiasan
Baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban siswa, sikap dan gaya guru suara, ekpresi wajah, gerakan badan, dan sebagainya, menampilkan ada tidaknya kehangatan.
  1. Menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut
a.       Mengulangi pertanyaan sendiri
Contoh: Sebelum siswa dapat berpikir maksimal terhadap pertanyaan guru mengulangi pertanyaan kembali akibatnya siswa tidak konsentrasi.
b.      Mengulangi jawaban siswa
Menyebabkan waktu terbuang, siswa tidak mendengar jawaban dari temanya yang lain karena guru akan mengulanginya.
c.       Menjawab pertanyaan sendiri
Pertanyaan dijawab guru sebelum siswa mendapatkan kesempatan cukup untuk memikirkan jawabanya sehingga anak beranggapan tidak perlu memikirkan jawabanya karena guru akan memikirkan jawabanya.
d.      Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
Contoh: Apa ibu kota RI?
Guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa menjawab (guru tidak meminta jawaban perorangan) dan menutut kemungkinan terjadi interaksi selanjutnya yaitu siswa malas berpikir, sehingga dapat menurunkan fungsi pertanyaan.
e.       Mengajukan pertanyaan ganda
Contoh: Siapa pemimpin orang belanda yang pertama datang ke Indonesia, mengapa mereka datang, dan apa akibat mereka itu bagi bangsa Indonesia
Hal ini akan mematahkan semangat siswa yang hanya sanggup menyelesaikan satu dari semua tugas itu.
f.       Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
Akibatnya anak yang tidak ditunjuk tidak memikirkan jawabanya, sebaiknya guru memajukan pertanyaan ke seluruh kelas, menunggu sejenak, kemudian baru menunjuk siswa tertentu untuk menjawabnya.
3.      Memberikan waktu berpikir
4.      Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
5.      Menilai pertanyaan yang telah diajukan

Metode Pembelajaran Berpikir Kritis

Teaching Resource Center Universitas Tennesse di Chattanooga (Walker, (dalam Mulyani Sumatri: 2001) menawarkan delapan metode yang berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Berikut gambaran singkat kedelapan metode tersebut, yaitu:
  1. Classroom Assessment Techniques
Metode ini menekankan perlunya sistem penilaian untuk memonitor dan memfasilitasi berpikir kritis siswa. Caranya adalah dengan memberikan tugas menulis singkat kepada siswa yang isinya merespons pertanyaan sebagai berikut: adakah sesuatu yang penting yang anda pelajari hari ini? Pertanyaan apa pada sesi ini yang menggugah pikiran anda.
  1. Cooperatif Learning
Metode ini menekankan pada pengaturan siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok. Dalam kelompok-kelompok itu siswa mendapat kesempatan untuk aktif dan mendapat respons langsung dengan frekuensi tinggi dari siswa lain.
  1. Metode Diskusi dan Studi Kasus
Metode ini ditandai ajuan kasus atau cerita yang disampaikan guru tanpa kesimpulan atau jalan keluar. Siswa ditantang untuk mencari kesimpulan atau akhir cerita melalui diskusi dengan teman-temannya.
  1. Penggunaan Pertanyaan
Metode ini ditandai dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang disusun baik oleh siswa perkelompok atau pribadi. Pertanyaan yang telah mereka buat saling mereka tanyakan kepada siswa atau kelompok lain.
  1. Conferensi Style Learning
Metode ini berisi semisal konferensi. Siswa diberi bahan yang yang harus mereka pahami kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Tanya jawab dilangsungkan setelah presentasi tersebut.
  1. Pemberian Tugas Menulis
Metode ini didasari pemikiran bahwa menulis adalah dasar pengembangan keterampilan berpikir kritis. Dengan penugasan menulis guru dapat menggugah penalaran dialektik siswa ketika membuat argumen dari beberapa segi suatu isu.


  1. Dialog
Metode ini dikemukakan Robertson dan Rane Szostak (1996) dalam dua bentuk yaitu dialog bahan tertulis dan dialog spontan. Pada dialog bahan tertulis, tiap siswa harus mengidentifikasi perbedaan sudut pandang dari setiap partisipan. Dari dialog tersebut mereka dilatih menemukan bias, penggunaan bukti, dan alternatif penafsiran.
  1. Ambiguitas
Metode ini ditandai penciptaan situasi ambigu di dalam kelas. Siswa tidak diberi materi yang tuntas. Ketidaktuntasan materi mengakibatkan konflik informasi yang menuntut siswa mencari jalan keluar.

SIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, komponen keterampilan bertanya dasar terdiri atas: pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindahan giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan. Sedangkan komponen keterampilan bertanya lanjut meliputi: pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pecak, peningkatan terjadinya interaksi.
Dalam meningkatkan keterampilan bertanya menggunakan metode berpikir kritis yaitu: Classroom Assessment Techniques, Coopertif Learning, metode diskusi dan studi kasus, penggunaan pertanyaan, Conferensi Style Learning, pemberian tugas menulis, dialog, dan ambiguitas.










DAFTAR PUSTAKA

Mulyani Sumatri, Johan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mulana

S Winataputra, Udin. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka




http://re-searchengines.com/1007arief3.html diakses tanggal 11 Desember 2010 jam 16.15 WIB









Tidak ada komentar:

Posting Komentar