Tanya menurut kamus Bahasa Indonesia berarti permintaan keterangan. Bertanya adalah kegiatan melakukan permintaan keterangan, bertanya adalah hal yang wajib dilakukan bagi seorang pelajar. Banyak pemikir dan penemu-penemu besar yang tercatat dalam sejarah, mengawali ‘kepopulerannya’ itu dari pertanyaan-pertanyaan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa :2005).
Kita semua mengetahui bagaimana Newton menemukan Teori Gravitasi, yang diimani sebagian besar ahli fisika berasal dari sebuah pertanyaan, “kenapa jika sebuah apel dilempar ke atas, pasti kemudian jatuh dan kembali lagi ke tanah”
Begitu juga Einstein, yang terkenal dengan E=MCC dan teori relativitas (dan juga sebagai salah satu orang yang meragukan teori gravitasi), mengawali ‘karir’nya dengan pertanyaan, “kenapa medan magnet mampu menembus dinding atau benda-benda penghalang” (kira-kira begitu pertanyaannya).
Bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dalam CBSA sekaligus pengelolaan instruksional lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guru dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa tehadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.
Kegiatan bertanya dilakukan oleh semua orang tanpa memandang batas umur. Anak kecil sering mempertanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya, bahkan pada masa perkembangan anak ada masa yang disebut “masa apa itu”, yaitu masa anak kecil mempertanyakan segala sesuatu yang dilihatnya. Orang muda dan orang tua juga merasa perlu mengajukan pertanyaan jika berhadapan dengan suatu masalah yang harus dipecahkannya.
Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan bertanya cukup mendominasi kelas. Serentetan hasil penelitian yang dilakukan sejak awal abad ke-20 tentang kegiatan bertanya melaporkan hasil yang serupa, yaitu bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya (G. A. Brown dan R. Edmonson, 1984 (dalam ). Data ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan bertanya dalam proses pembelajaran.
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramah. Kedua, Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya, sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Ketiga, Penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual. Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa (Winataputra. 2007:7.6).
Fungsi pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (dalam Winataputra. 2007:7.7) ada 12, yaitu:
- Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
- Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
- Menggalakkan penerapan belajar aktif.
- Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
- Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan maksimal.
- Mendiagnosis kegiatan belajar siswa.
- Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
- Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
- Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.
- Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru.
- Memberikan kesempatan untuk belajar berdiskusi.
- Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa.
Pada umumnya kegiatan bertanya adalah untuk memperoleh informasi. Namun kegiatan bertanya dilakukan oleh guru, tidak hanya bertujuan untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan guru tidak semata-mata bertujuan mendapatkan informasi tentang pengetahuan siswanya, tetapi yang jauh lebih penting adalah untuk mendorong para siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen-komponen keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
- Keterampilan bertanya dasar yang terdiri atas:
a. Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat
b. Pemberian acuan
Contoh: Kita telah mengetahui bahwa erosi tanah dapat disebabkan oleh air dan angin terutama jika tanah itu gundul, tanah yang bagaimana lagi yang mudah terjadi erosi tanah oleh air.
c. Pemusatan
Apabila pertanyaan luas, menuntut jawaban yang umum dan cukup luas, sedangkan pertanyaan sempit menuntut jawaban yang khusus, spesifik.
d. Pemindahan giliran
e. Penyebaran
f. Pemberian waktu berpikir
g. Pemberian tuntunan
1) Mengungkapkan sekali lagi pertanyaan dengan cara lain yang lebih sederhana.
2) Mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana.
3) Mengulangi penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan.
2. Keterampilan bertanya lanjut terdiri atas:
a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke bebagai tingkat kognitif lainnya yg lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat, kemudian pertanyaaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik, misalnya sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada pertanyaan ingatan, dan kemudian melonjak pada pertanyaan evaluaasi. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada siswa dan partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran dapat menurun.
c. Penggunaan pertanyaan pecak
Jika pertanyaan yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Beberapa teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunkan:
1. Klasifikasi: jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik.
2. Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab peranyaan guru.
3. Meminta kesempatan pandangan: guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan yang disertai alasan terhadap jawaban rekannya, agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak.
4. Meminta ketepatan jawaban: guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat atau kurang sempurna.
5. Meminta jawaban yang lebih relevan: bila jawaban siswa kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari siswa tersebut
6. Meminta contoh
7. Meminta jawaban yg lebih kompleks
8. Peningkatan terjadinya interaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar